COSO Framework

on Wednesday, December 11, 2013
COSO adalah singkatan dari Comitte of Sponsoring Organization of treadway Commision, yaitu suatu inisiatif dari sektor swasta yang dibentuk pada tahun 1985. Tujuan utamanya adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan penggelapan laporan keuangan dan membuat rekomendai untuk pengendalian, standar, dan kriteria internal yang dapat digunakan perusahaan untuk menilai sistem pengendalian mereka.
COSO disponsori dan didanai oleh 5 asosiasi dan lembaga akuntansi profesional, antara lain : American Institute of Certified Public Accountant (AICPA), American Accounting Association (AAA),Financial Excecutives Institute (FEI), The Institute of Internal Auditor (IIA) dan The Institute of Management Accountant (IMA)
Meskipun disponsori oleh 5 profesional association, pada dasarnya komisi ini bersifat independen dan orang-orang yang berada didalamnya berasal dari berbagai kalangan: industri, akuntan publik, bursa efek, dan investor
Model COSO adalah salah satu model pengendalian internal yan banyak digunakan oleh para auditor sebagai dasar untuk mengevaluasi, dan mengembangkan pengendalian internal. Menurut model COSO, internal control adalah suatu proses, melibatkan seluruh anggota organisasi, dan memiliki tiga tujuan utama, yaitu efektifitas dan efisiensi operasi, mendorong kehandalan laporan keuangan, dan dipatuhinya hukum dan peraturan yang ada.
Menurut COSO framework, internal control terdiri dari lima komponen yang saling terkait, yaitu:
  1.     Control enviroment
  2.     Risk assessment
  3.     Control activities
  4.     Information and communication
  5.     Monitoring

Pada tahun 2004,COSO mengeluarkan report enterprise risk management – integrated framework sebagai penembangan COSO framework diatas. Dijelaskan ada 8 komponen dalam enetrprise risk management, yaitu :


  •       Internal enviroment
  •       Objective setting
  •       Event identification
  •       Risk assessment
  •       Risk response
  •       Control activities
  •       Information and communication
  •       Monitoring

    


Pengertian dan Contoh Flowchart

on Wednesday, December 4, 2013
Flowchart merupakan gambar atau bagan yang memperlihatkan urutan dan hubungan antar proses beserta instruksinya. Gambaran ini dinyatakan dengan simbol. Dengan demikian setiap simbol menggambarkan proses tertentu. Sedangkan hubungan antar proses digambarkan dengan garis penghubung.
Flowchart ini merupakan langkah awal pembuatan program. Dengan adanya flowchart urutan poses kegiatan menjadi lebih jelas. Jika ada penambahan proses maka dapat dilakukan lebih mudah. Setelah flowchart selesai disusun, selanjutnya pemrogram (programmer) menerjemahkannya ke bentuk program dengan bahsa pemrograman.

Flowchart dari pencatatan pembelian tunai perusahaan ke supplier



Prosedur Pembelian Tunai:
  1. Bagian Gudang yang biasanya membutuhkan barang, membuat SPP (Surat Permintaan Pembelian) rangkap 2. Lembar 1dikirim ke Bagian Pembelian, dan lembar 2 disimpan oleh Bagian Gudang sebagai arsip.
  2. Bagian Pembelian menerima SPP lembar 1 dari Bagian Gudang. Berdasarkan SPP lembar 1, maka Bagian Pembelian membuat SPPH.
  3. SPPH tersebut dikirimkan ke Bagian Supplier. Dan Supplier membuat SPH. SPH tersebut dikirimkan ke Bagian Pembelian. Berdasarkan SPH tersebut, Bagian Pembelian membuat SDP (Surat Daftar Pembelian) dikirim ke Pimpinan untuk mendapat persetujuan.
  4. Jika Pimpinan menyetujui SDP tersebut, makaSDP yang telah disetujui dikirimkan kembali ke Bagian Pembelian. Jika tidak, maka kembali ke transaksi awal.
  5. Berdasarkan SDP yang sudah disetujui, Bagian Pembelian membuat SOP (Surat Order Pembelian) rangkap 4. Lembar ke-1dikirim kepada Supplier. Lembar ke-2 dikirim ke Bagian Keuangan. Lembar ke-3 dikirim ke Bagian Gudang dan lembar ke-4 disimpan sebagai arsip.
  6. Supplier menerima SOP lembar ke-1 dari Bagian Pembelian. Kemudian Supplier membuat faktur rangkap 2. Lembar ke-1 dikirim beserta barang pesanan ke Bagian Pembelian. Lembar ke-2 disimpan sebagai arsip.
  7. Bagian Pembelian menerima faktur beserta barang pesanan dari Supplier. Kemudian, faktur dan barang dikirim ke Bagian Gudang.
  8. Bagian Gudang menerima barang dan mencatat barang masuk berdasarkan SOP lembar ke-3 dan membuat LPB (Laporan Penerimaan Barang) rangkap 3. Lembar ke-1 dikirimkan ke Bagian Pembelian. Lembar ke-2 dan Faktur dikirim ke BagianKeuangan. Dan lembar ke-3 disimpan sebagai arsip.
  9. Bagian Keuangan menerima SOP lembar ke-2 dan, Faktur serta LPB lembar ke-2 dari Bagian Gudang.
  10. Berdasarkan SOP lembar ke-2, Faktur dari Bagian Pembelian serta LPB lembar ke-2, Bagian Keuangan melakukan pembayaran kepada Bagian Supplier.
  11. Bagian Supplier menerima uang dari Bagian Keuangan. Supplier membuat Faktur Lunas rangkap 2. Lembar ke-1 dikirmkan ke Bagian Keuangan dan lembar ke-2 disimpan sebagai arsip.
  12. Bagian Keuangan menerima faktur lunas. Berdasarkan faktur lunas tersebut, Bagian Keuangan membuat Laporan Pembayaran Tunai rangkap 2. Lembar ke-1 dikirimkan ke Pimpinan dan lembar ke-2 disimpan sebagai arsip. 

Ringkasan Buku Sistem Informasi Akuntansi

Ringkasan Buku Accounting Information Systems 2013 karangan Daniela Mancini BAB 21

Untuk lebih lanjut silahkan klik link di bawah ini :

Google Drive :